Postingan-ku yang satu ini berkaitan dengan mata kuliah "Dasar Patiseri". Nah, disini akan sedikit menjelaskan tentang apa itu "Shortening" atau yang dikenal juga dengan lemak. Maaf jika terdapat kesalahan info dan sebagainya. Copy and Share boleh. Jangan lupa cantumkan sumber website. Thanks.
1.
Pengertian
Shortening
Shortening |
Shortening
adalah lemak padat yang memiliki sifat plastis dan kestabilan tertentu, dan
pada umumnya bewarna putih dan sering disebut “Mentega Putih”. Shortening ini merupakan lemak atau
minyak yang digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti membuat adonan
roti/ melembutkan roti, bahan untuk membuat butter
cream, dan juga untuk menggoreng.
Shortening terbuat dari 100% lemak, baik lemak
nabati atau hewani ataupun campuran keduanya yang sudah dimurnikan dan
dihilangkan baunya.
Di Indonesia, produk shortening memiliki berbagai macam nama seperti White Fat, Baker’s
Fat, Cake Fat, Frying Shortening, Pastry Fat dan lain sebagainya.
2.
Komposisi
Shortening
Lemak dan minyak terdiri dari asam berlemak (fatty acid) dan glycerol untuk membentuk triglyceride.
Glycerol merupakan cairan kental
seperti sirop dan lebih berat daripada air dengan rasa manis. Apabila campuran triglyceride yang terbentuk padat pada
suhu ruangan maka disebut dengan lemak, dan apabila campuran tersebut berubah
menjadi cair pada suhu ruangan maka disebut dengan minyak.
Lemak dan minyak mempunyai berat jenis yang lebih
rendah daripada air , sehingga sulit untuk larut dalam air. Namun, apabila
dicampur dengan menggunakan bahan-bahan yang tepat, maka hasil larutannya dapat
berbentuk emulsi (Pengemulsian). Pengemulsian adalah proses pencampuran antara
larutan bahan-bahan lemak dengan air, dan akan membentuk campuran yang stabil
dan tidak dapat bercerai lagi. Lemak dan minyak dapat larut dengan bebas dalam
sekelompok bahan-bahan pelarut lemak berikut seperti ether,
benzene dan carbon tetrachloride.
3.
Fungsi
Shortening
Lemak memberikan gizi, rasa lezat dan bertugas
sebagai bahan pengempuk dan membantu pengembangan susunan fisik makanan yang
dibakar (baked food). Dalam produksi
roti dan rolls, lemak menjadi pengempuk
dan membuatnya menjadi lebih membangkitkan rasa lezat, membantu menahan gas
karena gluten pada terigu lebih mengikat udara, dan membuat volume roti menjadi
lebih baik lagi. Misalnya, jika persentase lemak ditambah sampai ± 4%, maka
volume juga akan meningkat.
4.
Jenis-jenis
Shortening
Secara umum, shortening
dibedakan menjadi dua jenis:
1. Solid Shortening,
atau shortening yang memiliki sifat
plastis dan berbentuk padat.
Solid Shortening |
2. Liquid Shortening,
atau shortening yang berbentuk cair
Liquid Shortening |
Shortening
yang beredar dan dikenal di Indonesia adalah shortening yang berbentu padat. Liquid
shortening belum dikenal luas di Indonesia dan penggunaannya masih terbatas
di kalangan industri.
Solid shortening
dibagi lagi menjadi beberapa jenis, meskipun demikian pembagian ini tidak
seragam antara satu pabrikan dengan yang lainnya.
·
White Fat : Shortening yang murni hanya lemak tanpa tambahan
emulsifier, contohnya shortening yang digunakan untuk membuat roti tawar.
· Baker’s Fat : Shortening dengan tambahan emulsifier, contohnya shortening
untuk membuat butter cream atau biscuit cream filling.
·
Cake Fat :
Shortening dengan tambahan emulsifier, warna dan aroma untuk membuat cake.
·
Pastry Fat : Shortening yang khusus untuk membuat lapisan pada produk
puff pastry.
Ada satu jenis shortening yang tidak termasuk
kedalam pembagian shortening diatas,
yaitu Frying Shortening atau Frying Fat (Minyak goreng padat). Frying shortening dibedakan karena
penggunaannya yang unik yaitu hanya untuk menggoreng dengan sistem Deep Frying.
Frying Shortening |
5.
Proses
Pengolahan Minyak Nabati
1. Purification
(Pemurnian)
Yaitu
proses untuk mengurangi zat asam berlemak bebas yang dikandung oleh minyak
mentah dimana memiliki bau dan rasa yang menyengat (tajam). Pada tangki besar,
maka minyak mentah yang masih keruh akan dibubuhkan Sodium Hidroksida (Caustic
soda) kemudian diaduk. Soda akan bersatu dengan asam berlemak bebas dan
membentuk sabun kasar yang kemudian dipisahkan dari minyak.
2. Bleaching
(Pemutihan)
Yaitu
proses untuk menghilangkan pigmen minyak yang berwarna kuning tua. Minyak akan
dimasukkan melalui saringan dimana saat keluar warna minyak tidak begitu tua.
3. Hydrogenation
(Pencairan)
Proses
ini merubah minyak secara kimiawi menjadi bahan yang lebih keras dengan titik
leleh (melting point) yang lebih tinggi. Titik leleh adalah suhu dimana benda
padat berubah menjadi cair.
Semakin
dicairkan, minyak menjadi semakin keras. Tingkat kekerasan atau plasticity dapat dikontrol dengan jumlah
pencairan minyak agar shortening tidak terlalu lembek atau terlalu keras. Plasticity adalah suatu kekentalan atau
rasa (feel) dari shortening.
4. Deodorization
Yaitu
proses untuk menghilangkan bau-bau busuk pada lemak. Hampir dalm semua lemak
terdapat cairan yang menimbulkan bau busuk, sehingga dibutuhkan proses ini.
5. Chilling
(Pendinginan)
Proses
ini dilakukan agar shortening berukuran kristal yang kecil sekali. Selama
proses ini, mixing yang terus menerus
harus dijaga untuk menghindarkan bergumpalnya kristal-kristal lemak padat.
6. Tempering
Yaitu proses dimana
menahan shortening pada suhu 80° F (± 27° C) selama 48 jam untuk membiarkan
kristal-kristal menjadi stabil dan mutu pengkremannya meningkat.
Mutu
pengkreman adalah kemampuan lemak untuk menangkap dan menahan
sel-sel udara bila lemak tersebut dikocok dengan kuat, terutama bila dicampur
dengan bahan adonan cake seperti gula dan tepung.
6.
Margarine
Pada dasarnya margarin digunakan sebagai pengganti
mentega. Bahan baku pembuatan margarin adalah minyak cair, yang pada umumnya
merupakan asli nabati seperti minyak kelapa, kelapa sawit, biji kapas, jagung,
kedelai, kacang dan sebagainya.
Margarin mengandung kadar air, karena merupakan
pencampuran lemak dengan bahan tambahan yang dapat dilarutkan dalam air.
Campuran kemudian dikocok dengan kuat sehingga terbentuk emulsi.
Rasa minyak untuk pembuatan margarin harus
sepenuhnya polos (netral) agar tidak bercampur dengan rasa mentega yang
diperoleh dari susu.
Untuk keperluan rumah tangga, margarin harus dapat
dioles, cepat lumer dalam mulut dan rasanya serupa dengan mentega. Plasticity dan mutu pengkremannya tidak
begitu penting. Dan umumnya margarin berwarna kuning, sehingga dipasaran
dikenal dengan “Mentega Kuning”.
Margarin untuk keperluan roti dapat mempunyai titik
leleh lebih tinggi, lebih bersifat seperti malam (lilin lebah), dan mempunyai
batas kepadatan yang lebih luas.
7.
Mentega
Mentega mengandung kira-kira 80-81% lemak susu atau
lemak mentega dan 14% air.
Mentega dianggap sebagai shortening yang paling baik
diantara shortening-shortening lainnya karena rasanya yang meyakinkan. Namun
nilai pengkremannya agak kurang. Umumnya kue yang menggunakan mentega volumenya
lebih kurang dan butirannya lebih kasar.
Karena alasan tersebut, dalam formulanya
para pengusaha menempatkan sebagian mentega sebagai pembangkit rasa, dan
menggunakan shortening cair untuk meningkatkan volume dan melembutkan.
Margarine dan Mentega |
8.
Hal-hal
Yang Dapat Merusak Lemak
1. Hidrolisis
Lemak akan
terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol ketika bercampur dengan air.
Hidrolisis ini akan lebih cepat terjadi ketika bercampur dengan basa,
enzim-enzim dan asam. Lemak yang memiliki kandungan asam lemak rendah (kurang
dari C14) seperti yang terdapat pada minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan
mentega dapat menurunkan mutu minyak, asap pointnya menurun, lebih banyak
menyerap minyak, bahan menjadi coklat.
2. Oksidasi
dan ketengikan
Pada dasarnya kerusakan paling utama
disebabkan karena bau dan rasa yang tengik, sehingga disebut sebagai proses
ketengikan. Ketengikan disebabkan karena oksidasi radikal asam lemak tak jenuh
yang terdapat dalam lemak.
Oksidasi diawali dengan pembentukan
radikal-radikal bebas yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bisa mempercepat
reaksi tersebut seperti panas, cahaya, logam berat (Cu, Fe, Co dan Mn),
peroksida lemak dan enzim-enzim lipoksidase.
3. Penyerapan
bau
Lemak
memiliki sifat mudah menyerap bau. Apalagi jika bahan pembungkus bisa menyerap
lemak dengan cepat, lemak yang terserap tersebut akan teroksidasi oleh udara,
sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang telah rusak tersebut akan
diserap oleh lemak yang terdapat dalam bungkusan, sehingga mengakibatkan
seluruh lemak menjadi rusak.
9.
Cara Menyimpan Shortening
Adapun cara-cara menyimpan shortening agar tetap terjaga baik yaitu:
·
Simpan
pada suhu 70-80° F (± 21-26.6° C)
·
Dilarang
disimpan dekat bahan-bahan yang berbau
·
Tempat
menyimpan shortening harus ditutup rapat
·
Hindari
hal-hal yang menyebabkan bau tengik, seperti cahaya, oksigen, panas atau suhu
tinggi
Sumber:
U.S.
Wheat Associates. Pedoman Pembuatan Roti
dan Kue. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1981.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar